🧨 Musik Istana Kuno Yang Berasal Dari Cina Dan Korea Disebut
Musisiperanakan Cina yang lahir dan dibesarkan di Kota Solo itu, begitu piawai mengaransir lagu-lagu dengan iringan gesekan musik Erhu yang akrab dengan semua lapisan pendengarnya. , Minang, Dayak, Bugis, dan suku-suku lain. Namun, etnis yang berasal dari Arab, India, dan sebagainya, termasuk etnis Cina yang lahir dan dibesarkan di
10 Boseong Green Tea Field. Boseong Green Tea Field. Korea Selatan juga merupakan negara penghasil teh terbaik. Kebun teh ini sangat indah dan tertata dengan baik. Boseong Green Tea Field menjadi salah satu tujuan wisata alam di Korea Selatan yang dapat memikat setiap orang yang datang kesini. 11.
RajaSejong atau disebut dengan Raja Sejong Yang Agung (Sejong Dae Wang) (7 Mei 1397 - 18 Mei 1450, berkuasa 1418 - 1450) adalah seorang raja yang ke-4 dari Dinasti Joseon yang memerintah Korea. Raja Sejong sangat terkenal karena jasanya dalam menciptakan abjad Korea, Hangeul yang menggantikan penggunaan cara penulisan dengan Hanja.
Suarayang dihasilkan dari alat musik ini lebih tinggi dari erhu. Gaohu biasa disetel dengan nada A - E atau G - D. 3. Bagpipe. Alat musik khas Skotlandia ini dimainkan dengan cara ditiup. Namun, berbeda dengan seruling, bagpipe memiliki satu tabung untuk menyimpan udara, sementara lubang seruling berjumlah lima buah. 4.
Baghdad(ANTARA News) - Dari kuil Nabi Yunus di Mosul yang rebut kembali Irak pada 19 Januari dari ISIS yang menghancurkannya pada 24 Juli 2014, telah tersingkap sebuah istana ANTARA News mataram internasional
Febru. 1.Tari Kathak. Kathak berasal dari India utara dan Pakistan dan serupa dengan tari Bharatanatyam.Kata Kathak berasal dari bahasa Sanskerta, "katha" yang bermakna cerita dan diiringi musik klasik Hindustan serta gerakan kaki yang lincah. Kathak menceritakan Radha dan Krishna dalam gaya Natwari.
Merupakansalah satu kesenian merangkai bunga yang khas dan berasal dari negara bunga sakura ini. Dimana Bunga tersebut identik dengan tanda kehormatan dan juga kebudayaan Jepang dalam bermain judi slot online uang asli. Disamping itu dinegara Jepang Bunga sangat sakral dan merupakan tempat bersembayamnya Tuhan. Tradisi Minum Teh
Seorangraja yang memerintah sebuah dinasti dan orang-orang Cina, biasa disebut dengan Kaisar. Ada hal menarik juga dimana tidak hanya hanya raja yang pernah memimpin Cina, tapi juga ada beberapa permaisuri atau ratu yang pernah memerintah Cina. Sepanjang sejarah Cina, terdapat satu permaisuri yang sangat penting, yaitu Ratu Wu.
Tarikecak sebetulnya berasal dari ritual pemujaan masyarakat Bali kuno terhadap Tuhan dan roh leluhur yang disebut ritual Sanghyang. Dalam ritual ini, para penari umumnya berada dalam kondisi tidak sadar dan dianggap mampu melakukan komunikasi dengan Tuhan untuk menyampaikan harapan-harapan dan keinginan rakyat.
aBlq. - Pernahkah berpikir bahwa orang Cina, Jepang dan Korea itu memiliki banyak persamaan dan berbagi budaya? Pakaian tradisional wanita. Jika di Jepang dikenal dengan Kimono, maka pakaian yang serupa di Korea disebut Hanbok dan di Cina bernama Hanfu. Meski ada berbedaan detail, tetapi model kerah, lengan, dan ketiadaan kancing pada ketiganya tetaplah sama. Restoran Cina, Jepang, dan Korea juga dipersatukan oleh sumpit. Sama seperti Kimono, sumpit yang dipakai ketiga bangsa ini memiliki beberapa perbedaan spesifik. Misalnya, sumpit Cina lebih panjang dan ujungnya tumpul, sementara sumpit Jepang sebaliknya. Sumpit Korea mirip dengan Jepang, tapi memakai bahan stainless fisik orang-orang Cina, Jepang, dan Korea ini memiliki banyak kesamaan karakteristik. Misalnya sama-sama berkulit kuning, hidung pesek, mata dan rambut hitam, yang membuat mereka nyaris sulit dibedakan. Bagi orang-orang Asia termasuk Indonesia, mungkin mudah untuk membedakan ketiga bangsa Asia Timur tersebut. Terlebih kebudayaan dan bahasa Cina, Jepang dan Korea sudah masuk ke Indonesia lewat berbagai medium. Lantas bagaimana orang-orang dari tiga bangsa negara itu memandang satu sama lain? Sebagian kalangan orang Korea dan Jepang percaya leluhur masyarakat Jepang berasal dari Korea. Euny Hong, penulis buku The Birth of Korean Cool How One Nation Is Conquering the World Through Pop Culture 2014 menceritakan pengalamannya masa remajanya di Quartz. Saat duduk di bangku SMP pada akhir 1980-an, Hong diajarkan bahwa orang Korea adalah leluhur genetik dan kultural orang-orang Jepang. Selain itu, muncul cerita bahwa keluarga kerajaan Jepang adalah keturunan Raja Muryeong, yang memerintah Korea pada abad ke-5. Sebagian orang Jepang pun turut mengamini teori asal-usul leluhur Korea ini. Bahkan masalah keturunan Korea ini pernah dibicarakan oleh seorang kaisar Jepang. Pada 2001, menjelang gelaran Piala Dunia 2002 di mana Korea dan Jepang menjadi tuan rumah bersama, Kaisar Jepang Akihito dengan santai menyatakan punya darah Korea.“Saya sendiri merasakan hubungan kekerabatan tertentu dengan Korea. Faktanya, Nihon Shoki buku sejarah Jepang mencatat ibu dari Kaisar Kammu adalah garis Raja Muryeong,” ucap Akihito sebagaimana dilansir The Guardian. Kaisar Kammu memerintah Jepang dari 781 hingga 806 M, sedangkan Muryeong memerintah Kerajaan Paekche di Korea dari 501 hingga 523 M. Meskipun Akihito mengutip catatan sejarah, baru pertama kalinya seorang kaisar secara terbuka memuji darah Korea di garis kekaisarannya. Akihito juga menyatakan bahwa Konfusianisme, Buddhisme, hingga musik istana datang ke Jepang dari semenanjung glorifikasi orang Korea sebagai leluhur orang Jepang juga dilebih-lebihkan. Pada 2012, sejumlah media online Korea memuat berita yang isinya menyimpulkan hasil analisis DNA mengkonfirmasi bahwa orang Jepang adalah keturunan Korea. Berita itu pertama kali dipublikasikan oleh media online Yonhap yang mengutip sebuah studi akademik Jepang tahun 2011. Usut punya usut, dalam makalah penelitian itu hanya disebut bahwa orang Korea memiliki kelompok SNP Single Nucleotide Polymorphism yang sama dengan orang Jepang yang tinggal di pulau Cina dalam Diri Orang Jepang dan Korea Tampaknya baik orang Korea maupun Jepang harus menerima jika dalam tubuh mereka mengalir darah orang Asia Timur lainnya yang lebih tua, yaitu etnis Cina Yuchen Wang dkk berjudul “Genetic structure, divergence and admixture of Han Chinese, Japanese and Korean populations” 2018 menunjukkan bahwa orang Cina Han, Korea dan Jepang pernah berbagi leluhur yang sama di daratan Cina sekitar sampai tahun yang lalu pada masa dinasti Shang. Han sendiri adalah kelompok etnis mayoritas di Cina yang esksis seiring dengan berdirinya dinasti Han pada 206 SM sampai 220 genom mengindikasikan etnis Cina Han, Jepang, dan Korea secara genetik sangat mirip dan berasal dari lungkang genom yang sama. Perbedaan genetik dari ketiganya kurang dari satu persen dari total keragaman genetik, serta jauh lebih kecil dari salah satu kelompok dan populasi Eropa yang turut diteliti. Perbedaan paling sedikit ditemukan antara etnis Cina Han dan populasi ketiganya saling terpisah, etnis Cina Han, Jepang, dan Korea saat ini telah membentuk lungkang gen mereka sendiri dan menghasilkan susunan genetik yang genetik di antara tiga kelompok Asia Timur itu awalnya lahir dari perbedaan populasi yang mengalami migrasi masa pra-sejarah dan setelahnya. Lokasi geografis yang berbeda antara daratan Cina, semenanjung Korea, dan kepulauan Jepang telah memfasilitasi proses isolasi dan tersebut memakai studi genom dengan mengevaluasi struktur gen 182 orang Cina Han, 90 Jepang, dan 100 Korea, bersama data 630 individu yang mewakili delapan populasi di seluruh dunia. Sebanyak 100 orang Korea di Korea Selatan dikumpulkan sampel darah tepinya. Tiap individu yang diambil sampel dipastikan dari keluarga yang berbeda namun dari etnis yang sama dalam tiga generasi terakhir. Sedangkan sampel 90 individu Jepang, 182 Cina Han, dan perwakilan delapan populasi dunia diambil dari proyek HapMap. Perbedaan genetik yang cukup menonjol di ketiga etnis Asia Timur itu kini teridentifikasi di gen CD46 yang terletak pada kromosom 1q32. Diperkirakan bahwa gen ini terkait tingkat adaptasi terhadap patogen di wilayah geografis masing-masing. Selain itu, protein yang dikodekan oleh gen ini mungkin terlibat dalam fusi spermatozoa dengan oosit selama pembuahan sehingga mungkin terkait dengan sifat-sifat reproduksi. Wang dkk memberi catatan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyempurnakan temuan perbedaan genetik di tiga kelompok etnis Asia Timur tersebut. Infografik Berbagi LeluhurSelain migrasi dan isolasi wilayah geografis, perbedaan genetik di antara ketiga kelompok etnis Asia Timur juga dipengaruhi oleh aliran gen yang tidak hanya berasal dari Cina Han. Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa dibandingkan dengan Cina Han, penduduk asli Ryukyuan berkontribusi lebih besar ke etnis Jepang yang ada sekarang. Begitu juga yang terjadi di Korea di mana aliran gen Cina Han terpusat di beberapa struktur genetik orang Cina Han, Jepang, dan Korea masa kini sama-sama dibentuk oleh perbedaan populasi, isolasi geografis, aliran gen dan kemungkinan seleksi ditilik dari letak geografis, wilayah Cina, Jepang, dan Korea cukup dekat. Semenanjung Korea bahkan ada di daratan yang sama dengan Cina di bagian Korea Utara. Sedangkan Jepang adalah negara kepulauan yang terletak di timur Cina dan Semenanjung Cina daratan dengan wilayah kepulauan Jepang dan semenanjung Korea diyakini sudah terjalin sejak periode Neolitikum SM. Dikutip dari Ancient History Encylopedia, kerajaan-kerajaan di tiga wilayah tersebut telah menjalin perdagangan dan bertukar praktik-praktik budaya. Korea sendiri dipercaya sebagai jembatan budaya antara Cina dan Jepang. - Sosial Budaya Penulis Tony FirmanEditor Windu Jusuf
Dhea Alvionita Rezha/ Kung Fu-tzu dalam bahasa Tionghoa, sedangkan orang-orang barat menyebutnya Konfitsius[1]. Kung Fu-tze yang artinya "Sang Suhu Kung". Sedangkan nama aslinya adalah Kong Chiu. Kong merupakan nama marga atau nama keluarga, sedangkan namanya sendiri adalah Chiu artinya bukit. Kung Fu-tzu adalah seorang tokoh filsafat Cina yang merupakan orang pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang paling mendasar[2]. Kung Fu-tze dilahirkan pada abad ke 6 SM yaitu pada tanggal 27 September 551 SM didesa Chiang Phing, di Qufu negara feodal Lu provinsi Shantung, yaitu pada masa pemerintahan dinasti Chou dan menghabiskan besar hidupnya di wilayah pesisir utara-tengah Cina. Di dalam tubuhnya mengalir darah biru dan ia merupakan keturunan langsung dari penguasa dinasti Shang. Kung Fu-tze adalah seorang guru, editor, politisi, dan filsuf Cina Musim Semi dan Musim Gugur periode sejarah Cina. Konfusius merupakan anak laki-laki pertama dari pasangan Shu Liang-ho yang merupakan seorang pejaba militer rendahan di negara Lu, dengan Yan Zheng-zai yang berasal dari keluarga Yen yang tinggal di daerah Song. Ayahnya telah berusia 70 tahun ketika Konfusius dilahirkan.[3] Gelar-gelar yang pernah diberikan kepada Kung Fu-tzu, yaitu Ni Fu Bapak Yang Mulia Ni oleh Raja Lu Ai Gong; Cheng Xuan Ni Gong Pangeran Ni Yang Sempurna dan Cerah Bathin oleh Kaisar dinasti HanHan Pin Di, Wen Sheng Ni Fu Yang Mulia Bapak Ni Nabi Yang Menyeluruh Sempurna; Da Cheng Zhi Sheng, Wen Xuan Xian Shi Kong Zi Kongzi Guru Purba Yang Cerah Menyeluruh, Nabi Agung Yang Besar Sempurna oleh Kaisar Shun Zhi; Tian Zhi Mu Duo Genta Rohani Tuhan, Zhi Cheng Yang Sempurna Iman, Zhi Cheng Nabi Agung, Ji Da Cheng Nabi Yang Lengkap Besar dan Sempurna didalam Kitab Shi Shu; Bo Yi Nabi Kesucian, Yi Yin Nabi kewajiban, Liu Xia Hui Nabi Keharmonisan, Kongzi Nabi Segala Masa dalam Kitab Mengzi 5B1/5.[4] Masa muda Ketika konfusius berumur 3 tahun, ayahnya Shu Liang-ho meninggal dunia dan dikuburkan di Fang shan yang terletak di Lu bagian timur. Sejak saat itulah Konfusius dibesarkan dan dididik oleh ibunya. Ketika masih berusia 6 tahun, Konfusis sering bermain upacara mempersembahkan kurban kepada leluhur. Ketertarikannya pada permainan tersebut, berawal ketika ibunya memberikan ijin untuk melihat langsung upacara persembahan kurban yang diadakan di ibukota Lu. Sepulang dari sana, ia langsung menirukan apa yang dilakukan oleh pemimpin upacara persembahan kurban ketika menjalankan tugasnya. Ia mendapakatkan pendidikan dan pegajaran yang pertama dari ibunya sendiri. Meskipun demikian, dengan kecerdasannya dan dibarengi oleh kedisiplinan yang diterapkan oleh ibunya, kemampuan berfikir dan kecerdasannya berkembang baik. Ibunya mengajarkan enam pelajaran pokok yang meliputi ritual, musik, memanah, mengendarai kereta perang, berhitung dan menulis kaligrafi Cina. Ia hanya dapat menguasai dengan baik empat mata pelajaran saja yaitu ritual, musik, menulis kaligrafi Cina dan dua mata pelajaran lain yng kurang begitu ia kuasai adalah memanah dan mengendarai kereta perang. Selain itu ia juga belajar enam kitab klasik yaitu kitab lagu-lagu dari jaman kuno, kitab Sejarah, kitab Ritual, kitab Music, dan Yi Ching, serta Risalah Musim Semi dan Musim Gugur yang kemudian ia perbaruhi dan redaksi ulang di usia tuanya. Kemudian konfusius dimasukkan ibunya ke sekolah negeri. Namun hanya berlangsung tiga tahun, karena Konfusius kecil merasa kurang mendapatkan pelajaran yang sesuai dengan kecerdasannya. Hal ini terjadi karena baginya pelajaran disekolah tersebut terlalu mudah sehingga merasa bahwa di situ ia kurang bisa berkembang. Karena itu ibunya membawa Konfusius kecil kepaada kakeknya untuk mendapat pelajaran tambahan. Konfusius menghabiskan masa remajanya dengan belajar. Pada usia 15 tahun dia telah memiliki semangat belajar yang luar biasa. Tingkat kemampuan Konfusius makin berkembang karena disitulah ia dapat menyempurnakan pelajaran enam mata pelajaran pokok dan enam kitab klasik.[5] Masa Dewasa Ketika berusia 19 tahun, Konfusius menikah dengan seorang perempuan dari keluarga Jian Guan yang tinggal di Song yang bernama Qi Guan. Setahun setelah mereka menikah, mereka dikaruniai seorang ana yang diberi nama Li Bo Yu. Pada saat kelahiran anaknya seorang bangsawan di Lu bernama Chao datang ,mengunjunginya dan memberinya sepasang ikan Gurame. Kemudian anaknya tersebut ia beri nama Li Boyu. Li yang artinya ikan, sedangkan Bo Yu artinya gurami. Selain itu ia juga memiliki satu orang anak perempuan bernama Kong Rao dan seorang anak laki-laki bernama Kong Li.[6] Setelah menikah yaitu ketika berusia 20 tahun, ia bekerja sebagai pejabat rendahan di kota Cheng di bawah keluarga Mengsun Xie sebagai seorang penjaga lumbung gandum dan merangkap sebagai petugas penarik pajak hasil bumi. Selama menjalankan tugasnya, ia membuat berbagai macam perbaikan yang dianggap perlu. Diantaranya adalah sistem penarikan pajak hasil bumi. Telah menjadi rahasia umum bahwa pada masa itu, seorang penarik pajak dipandang sebagai orang korup. Perbaikan yang dibuatnya adalah dengan memberikan pengurangan jumlah hasil bumi dan hukuman bagi yang terlambat menyetorkannya. Mereka yang mebayar sebelum tanggal yang ditetapkan akan mendapat potongan sebesar 10 % , bagi yang membayar tepat waktu mendapat potongan sebesar 5%, bagi yang terlambat harus menyetor 10% lebih banyak dari yang seharusnya, sementara mereka yang menolak membayar pajak maka tanahnya akan diambil dan diserahkan pada orang lain untuk diola, dan jika seseorrang tidak mampu membayar karena gagal panen maka orang tersebut harus membuat laporan secepatnya dan mengajukan permohonan agar dibebaskan dari pembayaran pajak. Dengan adanya perbaikan itu, pembayaran pajak berlangsung dengan lancar dan orang merasa tidak terbebani. Hal ini membuat Mengsun Xii merasa puas dan merasa terbantu. Setahun kemudian Konfusius dipercaya untuk bekerja sebagai pejabat rendahan yang bertanggung jawab atas pertanian dan peternakan. Di usia yang ke 22, konfusius memutuskan untuk menjadi guru. Tanpa ragu, ia menggunakan tempat tinggalnya sebagai tempat untuk mengajar anak-anak muda yang ingin belajar kebijaksanaan klasik darinya. Ia tidak menolak berapa pun uang yang diberikan oleh para murid sebagai penghargaan atas pengajaran yang diberikannya. Ia selalu menetapkan standar yang tinggi terhadap setiap muridnya. Semakin hari jumlah muridnya semakin bertambah, bahkan hingga mencapai 3000 orang. Ajarannya biasa disebut lit Chia Kung Chia, orang banyak menyebutnya dengan Knfusianisme. Pokok ajarannya terletak pada Li, Ren, dan I. Jika masyarakat telah memegang teguh Li, Ren dan I, maka dunia akan damai. Li adalah adat istiadat. Ren adalah peri kemanusiaan. Dan I adalah peri keadilan[7]. Pada usia 24 tahun, Ibu Konfusius meninggal dunia pada 527 SM, hal ini tentu membawa kesedihan yang sangat mendalam baginya. Konfusius ingin menguburkan jenazah ibunya satu liang lahat dengan makam ayahnya seturut tradisi leluhurnya yang masih keluarga bangsawan pada masa Dinasti Shang. Tetapi, ia tidak mengetahui dimana ayahnya di makamkan, karena ibunya tidak sempat memberitahunya. Konfusius berusaha untuk mencari tahu letak makam ayahnya dengan pergi ke Wufu yang berada di luar kota Qufu, samabil membawa peti mati yang berisi jenazah ibunya. Akhirnya ada seorang nenek tua yang ternyata teman ibunya sedang lewat disitu. Kemudian ia mengatakan bahwa ayahnya Konfusisus dimakamkan di lereng Gunung Fangshan yang terletak di sebelah timur Qufu. Akhirnya, Konfusius membawa jenazah ibunya kesana dan memakamkan ibunya satu liang dengan ayahnya dan ia membuat nisan setinggi 4 kaki diatasnya, serta mengadakan upacara kematian untuk orang tuanya. Ia berkabung selama 3 tahun. Setelah masa berkabungnya berakhir, Konfudius segera kembali ke Qufu. Disana ia melanjutkan aktifitas nya sehari-hari dengan mengajar murid-muridnya. Konfusius meyakini bahwa keutamaan itu dekat dengan musik. Dalam pandangannya, musik dapat melunakkan hati yang keras yang keras dan dapat digunakan untuk memperbaiki temperamen sesorang. Tetapi ia kurang mahir dalam memainkan alat musik, maka dari itu ia beljar musik. Pada usia 29 tahun, ia belajar musik kepada Shi Xiang, seorang guru termasyur. Xiang i adalah kelompok pemain musik di istana yang tinggal di negara feodal Jin. Dibawah bimbingan Shi Xiang, ia tidak sekedar belajar untuk bernyanyi dan memainkan alat musik. Gurunya juga mengajarkan makna dari setiap irama musik yang dimainkannya. Dia adalah murid yang cerdas, tidak mengherankan jika Konfusius pun mengalami kemajuan pesat dalam bermusik. Pada usia 30 tahun, ia dan dua orang muridnya; Nan-Gong Jing Shu dan Meng Yi Zi kedua putera bangsawan besar keluarga Meng yakni Meng-xi Zi, berkunjung ke ibukota Negeri Chou, disana ia bertemu dengan penjaga perpustakaan kerajaan bernama Lao Dan dan guru musik bernama Chang Hong Pada usia 35 tahun, ia pergi ke negeri Qi karena negeri Lu terjadi kekalutan dan Raja muda Lu Zhao Gong lari ke negeri Qi. Waktu itu negeri Qi diperintah oleh Raja Muda Qi Jing Gong dengan Perdana Menterinya Yang Ying atau Yang Ping Zhong yang terkenal pandai. Pada usia 36 tahun, ia kembali ke negeri Lu dan meneruskan mendidik murid-muridnya Masa tua. Pada 501 SM, Konfusius menjalankan kehidupan public di pemerintah. Ia diangkat sebagai hakim dan pemimpin kota Zhong du terletak di 90 li dari ibukota Lu[8]. Pada saat itu , Konfusius berusia 50 tahun banyak melakukan pembaharuan terhadap daerah tersebut. Atas keberhasilannya memimpin Zhong du, Konfusius dipercaya menjabat sebagai Walikota Zhong Dou dan Menteri Pekerjaan Umum. Jabatan yang tertinggi dan terakhir adalah sebagai Perdana Menteri merangkap sebagai Menteri Kehakiman Da Si Kou. Pada hari upacara persembahan kurban, ia melihat bahwa upacara itu dilaksanakan secara asal-asalan dan tanpa keantusiasan, ia merasa sangat kecewa. Konfusius pun meninggalkan negeri Lu dan mulai pengembaraannya ke berbagai negeri sebagai Tian Zhi Mu Do Genta Rohani Tuhan. Tian Tuhan Yang Maha Esa telah mengutusnya sebagai Nabi Segala Masa, Yang Lengkap, Besar dan Sempurna Ji Da Cheng. Ia mengembara lebih kurang 13 tahun[7]. Setelah meninggalkan Lu, Konfusius pergi ke Wei, sebuah negara kecil yang terletak di sebelah barat Lu. Ketika sampai di ibukota Wei, Konfusius telah berusia 56 tahun. Selama disana, ia dan para muridnya tinggal di rumah seorang pejabat yang bernama Yen Chau Yu. Disitu mereka tinggal selama 10 bulan. Pada usia 69 tahun, ia telah mampu melakukan apa yang diinginkannya tanpa melanggar prinsip-prinsip moral. Szema menyatakan bahwa Konfusius menulis buku Su-Ching; memperdalam dan memperluas makna ritual dengan nilai-nilai kebijaksanaan manusia utama dan raja-raja yang berasal dari generasi sebelumnya, mengumpulkan dan meredaksi puisi-puisi kuno, serta melakukan pembaharuan musik-musik yang dijadikan pengiring upacara ritual. Selain itu, ia juga mencurahkan perhatiannya untuk mempelajari kitab Yi-Ching. Tentang hal ini ia berkata, "jika umurku dapat bertambah beberapa tahun saja, aku memberikan waktuku selama 50 tahun untuk mempelajari kitab Yi-Ching, sehingga kemudian hari, aku akan datang kembali tanpa ada kesalahan besar yang aku perbuat". Pada tahun 483 SM, putranya yang bernama Li Bo Yu meninggal dunia. Pada tahun 482 SM, Yan Hui yang merupakan murid termaju dan diharapkan menjadi penerusnya akhirnya meninggal dunia. Tahun 481 SM salah seorang pegawai Keluarga Besar Ji Kang Zi telah membunuh Qi Lin dalam perburuan Raja Muda Lu Ai Gong. Akhir tahun 480 SM Zi Lu atau Zhong Yu murid yang gagah berani penuh kejujuran gugur di Negeri Wei karena di sana terjadi pemberontakan. Di akhir hidupnya, Konfusius menulis buku tentang peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di masa Ch'un Chi'u musim semi dan musim gugur. Didalam bukunya tersebut dengan berani ia mengkritik kebijakan para pemimpin Lu daan menampilkan segala peristiwa yang terjadi di Lu secara apa adanya. Akhir hayat Tanggal 18 Erl Yue bulan dua yaitu pada tahun 497 SM, akhirnya Konfusisus wafat. Terbebani oleh hilangnya kedua anaknya dan murid faforitnya, ia meninggal pada usia 73 tahun. Dia meninggal karena sebab alamiah. Konfusius dimakamkan di Kong Lin pemakaman yang terletak di Qufu di provinsi Shandong. Kemudian ajarannya dilanjutkan oleh murid-muridnya seperti Hsien Tzu damn Meng Tlu. Para Raja Muda yang memerintah selama masa hidupn Konfusisus ialah Lu Xiang Gong, Lu Zhao Gong, Lu Ding Gong dan terakhir Lu Ai Gong[9] Daftar pustaka Asril. Sejarah Cina Pra Sejarah-Kontemporer. Michael 1978. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta pusat PT Dunia Pustaka Jaya Strathern, Paul. 2001. 90 menit bersama Confucius. Jakarta Erlangga Creel. Confucius And Chinese Way Harper Dan Row, 1975 Biografi Modern Dari Barat Yang Terbaik. Biografi konfusius diakses pada 31 mei 2016 [1] Asril. Sejarah Cina Pra 19 [2] Michael 1978. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta pusat PT Dunia Pustaka Jaya. h 44 [3] Biografi konfusius diakses pada 31 mei 2016 [4] Asril. Sejarah Cina Pra 22 [5] Biografi konfusius diakses pada 31 mei 2016 [6] Strathern, Paul. 2001. 90 menit bersama Confucius. Jakarta Erlangga [7] Asril. Sejarah Cina Pra 19 [8] Michael 1978. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta pusat PT Dunia Pustaka Jaya. h 46 [9] Biografi konfusius diakses pada 31 mei 2016
musik istana kuno yang berasal dari cina dan korea disebut